Monday, October 6, 2008

Mengibarkan Reggae Indonesia di Oslo

27 September, 2008

Mengibarkan Reggae Indonesia di Norwegia.

Blessed Love & Greetings from Oslo.

Sudah sebulan saya, Duta Reggae Indonesia menjejaki kota Oslo,Norwegia. Berbaur & mempererat rasa solidaritas dengan insane Reggae Norwegia. Merupakan sesuatu kebanggan bila bias membawa warna musik Indonesia ke panggung internasional, sekaligus menghapuskan prasangka & anggapan kita bahwa karya putra-putri bangsa tak layak & lebih rendah dari karya kumpulan mancanegara. Demikan D.R.I. maju melangkah ke Eropa untuk menanamkan bendera Reggae Indonesia di dalam hati insan musik barat, salah satu langkah itu adalah menunjukkan bagaimana kita berkarya & juga menampilkan musik dari pula Jamaika dengan cara yang benar kepada public mancanegara.

Ada tiga jadwal panggung yang D.R.I. getarkan di Oslo

Royal Salute 11 September,2008

Dutty Wine 26 September , 2008

Ladies First 3 Okotober , 2008

Masing-masing jadwal mengesankan karena mereka punya ciri khas sendiri, Royal Salute mengusung tema ”Culture” & pergerakkan, sedangkan ”Dutty Wine” dengan tema Dancehall Reggae murni & ”Ladies First” lebih terasa sebagai acara keluarga besar Reggae Oslo. Kemanapun D.R.I. melangkah di kota Oslo, pin/bros merah putih tak pernah lepas baik di atas maupun di luar panggung.

Pada malam ”Royal Salute” saya & Ras Steven mengenakan batik untuk menampillkan suasana kediplomatisan & pertemuan Indonesia & Kenya di Norwegia. Ras Steven/Kasimba berteriak kepada penonton ”Big Up ! Ras Muhamad & Family for the Batik... sekarang aku bisa merasakan karisma Bung Nelson Mandela saat beliau mengenakan batik, aku merasa seperti orang yang terhormat, mejadi duta yang lazim !”

Memang ke dua pria berbatik malam itu di Royal Salute bukan duta-duta yang lazim tetapi masing-masing membawa warna Reggae negaranya. Ada satu bagian dimana kami melakukan improviasasi dengan penonto, Ras Steven menyanyi dengan bahasa Norsge (Norwegia) & saya menggunakan bahasa Indonesia & Inggris. Iapun langsung berseru kepada penonton “Wah, ini tak adil !!! Aku orang Kenya & Ras sudah menyanyi dengan bahasa Inggris & bahasa Indonesia…Kayaknya gak afdol kalau saya nggak nyany dengan bahasa Ibu saya, ini pertama kali Oslo Massive…bahasa Swahili dengan Reggae ! “ Seluruh penonton bersorak saat ia benar-benar menggunakan bahasa itu, apalagi ada sebagian penonton berasal dari Afrika.

Photobucket


Duta Reggae Indonesia & Askari Kenya


Showcase “Royal Salute” berjalan selama 1 setengah jam & kami mempersembahkan kurang lebih 20 lagu. Lagu-lagu baru D.R.I. seperti ‘Crisis’ & ‘Rebel Music’, disambut dengan semua orang dengan hangat & tak henti bergoyang. Sampai tembang terakhir “Leaving Babylon/Musik Reggae Ini” penonton ikut menyalakan api karena menyalakan korek bukanlah sesuatu hal yang asing & aneh di Reggae, sebenarnya ‘menyalakan api’ itu adalah tanda menunjukkan hormat kepada sang Reggae Deejay atau Selektah. ‘Menyalakan api’ juga menandai bahwa suasana mulai panas & vibe-vibe ‘Babylon’ telah dihanguskan di tempat dengan musik Reggae.

Photobucket

dari kiri : D.R.I. Ras Muhamad, Admiral P, Askari Kenya Ras Steven di Baronen

Photobucket

di depan entrance Ra, malam "Dutty Wine"

Photobucket

Reggae Indonesia maju !!!

Maka itu banyak artis Reggae sering bersorak “Fiya Burn !/Api membakar/menyala” contohnya Capleton yang suka menyebut ”More Fire/Tambah apinya!!!”, filosofi yang sempat saya jelaskan di verse 2 lagu ‘Runaway’ saya . Junior Maestro, Selektah G (Glenie) & Maikel Zito yang disebut segai Groundation Movement secara bersamaan, mereka telah melakukan session-session Reggae di Oslo sejak akhir tahun 90-an. Merupakan kehormatan sangat besar ketika D.R.I. didukung oleh mereka karena sudah cukup lama mereka tak membuat acara dengan kehadiran para personil dengan lengkap.

Kesimpulannya malam itu insan musik Norwegia sangat menghargai kedatangan artis dari timur & puji syukur bahwa acara tersebut sukses, saya berharap penampilan perdana D.R.I. mengesankan di perasaan & hati. Saya sungguh tidak mengira bahwa saya akan tampil 2 kali lagi di depan masyarakat Oslo, “Dutty Wine” & “Ladies First”

dalam waktu 2 minggu sehabis acara “Royal Salute”. Kedua jadwal tersebut membawa tema yang berbeda dari “Royal Salute” karena malam itu hanya menunjukkan musik Dancehall. Menurut saya acara semacam ini sama sekali tidak ada di Indonesia di mana ada club Indonesia memberi jadwal khusus untuk malam Dancehall Reggae, semua yang dating berdandan stylish…biasa seperti acara-acara dugem.

Photobucket

ekshibisi Dancehall oleh "Tabanka Crew"

Photobucket

Admiral P, Salut !!!

Photobucket

the Massive !!!

Malam Dancehall intinya bukan mabuk-mabukkan atau mengkonsumsi barang yang tidak jelas tetapi intinya berdansa & bersoliasisasi. Ada sebagain yang adu ngedance & juga pamer gerakkan baru, menunjukkan bahwa Reggae punya gerakkan & cirri khas saat berdansa. Musik sensual sekaligus berkelas & bermakna, sampai saat ini saya yakin kalian belum tahu dansa Reggae sebelum melihat gadis berkulit gelap dari Jamaika & Afrika menggelai dalam irama Reggae.

Bayangkan gerakkan penari-penari latar Sean Paul, itulah Dancehall. Sangat sulit untuk diikuti & dipelajari, menurut saya “Dance” itu sama canggihnya dengan gerakkan street dance & break dance-nya Hip-Hop. Nama “Dutty Wine” pun adalah salah satu istilah goyangan “Dancehall” baru seperti “Signal the Plane”, “Row the Boat”, “Give dem a Run” & “Tunda Klap”. Artis Reggae yang paling tenar menggunakan istilah-istilah ini adalah Elephant Man.

Pada malam “Dutty Wine” juga menampilkan ekshibisi penari Dancehall di atas panggung, 15 menit & tim ini terdiri dari perempuan & laki-laki. Setelah pertunjukkan menari, artis Reggae Norwegia, Admiral P yang menjadi host “Dutty Wine” memanggil D.R.I. ke atas panggung, saatnya Asia Tenggara menunjukkan kemampuan Dancehall ke belahan dunia barat.

Photobucket

Admiral bersama D.R.I.

Photobucket

tetap batik walau di negeri asing

Photobucket

bussing up di dance !!!

Special guest for this evening, all the way from Indonesia.

Oslo, Please welcome Ras Muhamad !!!” soraknya Admiral P

D.R.I. membuka set malam itu dengan “Tuff Road”, walaupun malam itu bertema Dancehall saya ingin lebih menonjolkan warna Roots saya kepada masyarakat Norwegia, sebagai lagu penutup saya persembahkan “Hot like Fiya” & “Run Dat” 2 tembang Dancehall Reggae yang diciptakan asli di Indonesia.

Photobucket

Admiral P menyalakan api sekali lagi saat D.R.I. tampil di Baronen

Semua sukses memperkenalkan Reggae Indonesia di Norwegia, walaupun saya menciptakan karya-karya Dancehall Reggae bukan berarti saya seorang artis Hip-Hop; Dancehall asli & otentis, sub-genre yang berkembang di Jamaika sejak tahun 80-an. Bounty Killer, Ninjaman & Buju Banton mereka raja-raja Dancehall Reggae, mereka ini setenar Bob Marley karena mereka juga penggerak Reggae. Saat mereka sudah berkarir selama hamper 20 tahun, keadaan di Indonesia masih terpaku pada musik Bob Marley. Musik Reggae bukan hanya terperangkap pada cabikan gitar “encet-encet”.

Musik Reggae berkembang serentak setiap saat, apa yang terjadi di Norwegia terjadi di negara-negara Eropa lainnya bahkan di benua Afrika, budaya Reggae itu rata & sama. Buktinya saat saya tampil banyak insan yang hadir berasal dari Somalia,Etiopia,Kenya & pulau-pulau Karibia seperti Trinidad, itu menunjukkan kalau Reggae di tanah air mereka serupa seperti di Norwegia.

Photobucket

Ladies first Baronen !


Negeri kita punya potensi sangat tinggi untuk menggaungkan Reggae ke seluruh pelosok tanah air & kita mungkin bisa setara dengan Reggae Jepang. Dalam iklim pun musik Reggae sangat cocok dengan Indonesia, tantangan & isu-isu social tanah air serupa dengan negara-negara berkembang di Afrika & Karibia, Reggae itu musik yang sangat merakyat & membela yang tertindas. Lalu mengapa kita enggan menjabat saudara-saudari Reggae kita di mancanegara ? Atau kita hanya menantikan Bob Marley kembali dari akhirat??? Suatu hal yang mustahil, Bob Marley sudah membuka jalan agar artis-artis di Jamaika, Afrika, Asia & Eropa bisa terus berjuang & menggunakan Reggae untuk menumbangkan Babylon.

Berkembanglah Reggae Indonesia kita, itu sorakan yang selalu saya lemparkan untuk para musisi pergerakkan & peminatnya di tanah air.

Dari kota dingin Oslo,Norwegia

Jabat erat & bersama melangkah ke depan

Ras Muhamad

Duta Reggae Indonesia




Photobucket

Boss Deejay Ras Muhamad di depan mic !!!

3 comments:

koekoeh gesang said...

hidup Indonesia!

Alfanda said...

"keadaan di Indonesia masih terpaku pada musik Bob Marley. Musik Reggae bukan hanya terperangkap pada cabikan gitar “encet-encet” " bener itu bang ... di Indonesia lagu reggae nya gitu2 aja ! Harusnya musisi2 reggae indonesia mengembangkan musik reggae. jgn cman encet2 doang ...

Alfanda said...

Di indonesia aja ga ada yg versi dub ??