Sunday, October 26, 2008

Pemanasan di Belanda

Greetings from Amsterdam.

Duta Reggae makes the next move to the Netherlands !!!
sudah lebih dari 5 minggu D.R.I. berjuang di kota Oslo, Norwegia demi Reggae Indonesia & berikutnya kita melangkah ke negeri berjuta sepeda & negeri di mana daun kanabis dilegalisir.

But wait ! tujuan D.R.I. bukan untuk pesta-pora ala para hedonis saat mengunjungi kota 'bebas', perjalanan ini bisa disebut sebagai delegasi bagaimana dampak sosial musik Reggae & perkembangannya di berbagai belahan dunia barat & sekitarnya.

D.R.I. ingin mengucapkan seribu terima kasih kepada sahabat saya Adi Punang atas bantuannya untuk menorobos panggung internasional & menyediakan tempat bermalam untuk D.R.I., Adi juga bertanggung jawab dengan sebagian dokumentasi foto delegasi saya selama di Amsterdam.

Photobucket

guerilla life,Duta Reggae Indonesia telah tiba di Belanda

Photobucket

togetherness !!!

Photobucket

Amsterdam here I am

Hampir setiap hari di Amsterdam Adi menemani D.R.I., ia teman lama saya sejak kecil & Adi menyaksikan perkembangan saya sebagai musisi,seniman & visioner. Di Amsterdam jadwal kami sangat padat karena Adi & perusahaannya "Green Paper Boys" telah merancang 1 acara yaitu "Royal Vibez" di Club Stereo, Jum'at 17 Oktober & acara itu adalah "showcase" Ras Muhamad yang pertama & perdana di Belanda !
Seperti yang kami jalani saat gempur promosi "Royal Salute" di Oslo, D.R.I. & "Green Paper Boys" melakukan dengan cara yang sama...GUERILLA STYLE-E !!!

Photobucket

Coolin wit my man P aka Adi in Amsterdam City

Photobucket

Dam Square

Photobucket

Harinya cerah banget euy...

Photobucket

another picture of Amsterdam City


Photobucket

flier Royal Vibez saat kita promosi

Photobucket

ini bagian Reggae di toko musik "Fame", pusing gw banyak banget yang pengen didenger !!!

First & Foremost...Komunitas Reggae Belanda harus diberitahu bahwa Duta Reggae Indonesia telah tiba dari bekas negeri jajahan mereka & just like a Lion...
I come, I see & I conquer. Esok harinya setelah tiba di Belanda, saya & Adi menuju ke salah satu "Kulcha Shop" di Haarlem, daerah di mana kami tinggal. Reggae Shop atau Kulcha Shop di Haarlem yang bernama "ONE LOVE" ini milik seorang Etiopia & saat saya masuk ke tokonya banyak barang-barang antik yang berasal dari kerajaan Yang Mulia Haile Selassie. Melihat barang-barang itu saya teringat Ras Steven karena semua barang antik itu asli dari kerajaan Sulaimannya Selassie, seperti cincin,bros & kalung yang berstempel Singa Suku Yehuda (Lion of Judah) melambangkan keteguhan & identitas bangsawan.

Photobucket

David Star di depan Kulcha shop ONE LOVE

ROYAL !!! 1 bros & 1 kalung sebagai oleh-oleh untuk Ras Steven, brosnya serdadu/penjaga istana Selassie, cocok untuk beliau karena ia menganggap dirinya sebagai Askari/Tentara Afrika. Tetapi sepertinya toko "One Love" sudah jarang ada dikunjungi & tidak ada pelanggan, lampu di dalam toko sangat redam & aksesorisnya berantakan. Saat saya menemukan bros kayu yang sering dipakai di dada kiri Rastaman, itu pun satu-satunya. Pemiliknya berka bahwa stok-stok baru sudah tak datang lagi, jadi apa yang anda lihat itulah yang tersedia.

Aneh, kenapa negeri yang sangat 'booming' dengan Reggaenya sanggup membuat pemilik toko 'Kulcha' ini kewalahan bayar sewanya sehingga toko ini 'sekarat'? D.R.I. menemukan kesimpulannya saat meninggalkan Belanda.

Berikutnya setelah kota Haarlem, kami menuju ke Amsterdam untuk melihat-lihat target promosi. Amsterdam kotanya sangat padat & dibanjiri oleh wisatawan, sebagian besar wisatawan adalah mahasiswa & mereka utamanya tertarik terhadap 2 hal : prostitusi & obat keras di mana di Amsterdam bebas & diatur oleh negar tetapi Rastaman tak ikut arus & getaran seperti itu, kami tetap melaksanakan kerja & tugas tanpa meninggalkan kewajiban kami.

Photobucket

dengan Sista Sarah,salah satu pemilik Restoran Etiopia "Axum",sebagian aksesoris Rasta yang antik tersedia di sini.

Photobucket

contohnya cangkir ini dengan gambar Lion Of Judah

Amsterdam memang kota hiburan dari Coffee Shop, Red Light District & tempat-tempat musik yang tak terhitung jumlahnya. Tetapi ada satu lagi pertanyaan yang muncul di benak D.R.I., di mana shop-shop Reggae ? Tak ditemukan sama sekali hanya Coffee Shop-Cofee Shop yang mengeksploitasi sosok Bob Marley & aspek budaya Reggae saja.

Setelah seharian melihat target promosi kita & mencari toko Reggae, kami sempat beli tiket show Easy Star All-Star Band di Melkweg pertunjukkan 15 Oktober,akhirnya bisa menyaksikan langsung band yang berasal dari Amerika Serikat memainkan versi dub "Radiohead" & "PinkFloyd"-nya.


Photobucket

the Radiodread !!! Easy Star Baby !!!

Photobucket

Easy Star in action

Saat di Belanda, D.R.I. disibukkan oleh promosi 'Royal Vibez' & membangkitkan kembali gairah yang lama sudah tak bisa dilakukan yaitu "Music Hunting","Crate Digging" !
Banyak orang suka & gila belanja baju,perkhiasan & berbagai macam hal yang mewah, saya lebih mencari album dengan harga diskon atau album bekas. Banyak sekali pilihannyadi Belanda yang seharga 5 Euro (sama dengan harga eceran CD Lokal), sekitar 20-30 album saya borong di Belanda. Di Indonesia, saya tidak bisa melakukan itu karena pilihan & distribusi musik Reggae di tanah air sangat miskin.

Saat Hari-H 'Royal Vibez', D.R.I. "Green Paper Boys" & "Young Elite" tak ragu-ragu untuk mengibarkan bendera merah-putih di depan venue,agar negeri Belanda tahu "The Indonesians are here!"
Acara sukses,full house & sangat meriahkan. Banyak orang Indonesia yang hadir & link-link MySpacenya D.R.I. di Belanda, ada sebagian juga dari konser Easy Star.

Photobucket

saat ceksound di Club Stereo

Photobucket

bersama DJ S-Dub (Xander), Checking the levels !!!

Photobucket

nasionalisme tidak bisa jadi sorakan belaka!

Photobucket

showtime !

Tetapi session Reggae masih juga belum ditemukan di Amsterdam, semua yang diposting di IrieLion.com, event-eventnya terletak di luar kota semua.
Akhirnya,sebelum saya 'cabut' dari Belanda ada session Reggae, diselenggarakan oleh Shashamane Sound 22 Oktober di BitterZoet. Tetapi seperti biasa,kendaraan umum Eropa sangat menjengkelkan karena saat hari kerja semua tranportasi yang digunakan publik menjadi non-aktif setelah jam 1 pagi jadi kami terpaksa harus balik atau D.R.I. akan terlantar selama 5 jam di dalam cuaca dinginnya winter.

Sebelum balik D.R.I. bertemu dengan Ras Robert di session Shashamane,dia menyapa saya duluan ternyata dia mengenali musik saya & dia bilang bahwa ibunya berasal dari Semarang. "Ibuku juga dari Semarang,dunia kecil ya ?" ujar saya, Ras Robert menjelaskan dengan singkat memang Amsterdam 'Kulcha'-nya kurang. Semua pejuang Reggae tinggal di luar Amsterdam & menghindari turis-turis yang hanya ingin 'ngebaks' saja & dengerin Reggae tanpa mendalaminya.

Ya, itulah jawaban & kesimpulan yang saya temukan bahwa di Amsterdam,kota Belanda yang sering dikunjungi oleh artis Reggae internasional ternyata tak memiliki fondasi.
Amsterdam tak ada Duta Reggae & sepertinya masing-masing bergerak sendiri, yang menurut saya itu bertolak belakang dengan esensi Reggae yang menyuarakan solidaritas & kebersamaan,
"Sama rasa,sama rata". Mungkin lebih banyak Duta Reggae Belanda di luar Amsterdam seperti Den Haag atau Groningen tetapi sulit dijangkau hanya dengan waktu kurang lebih 2 minggu.

Mungkin juga terpengaruh dengan diperbolehkannya menghisap Ganja di Amsterdam, kesalah kaprahan orang dengan esensi Reggae bisa difahami lewat konsumsi kanabis.
Saat konser Easy Star All-Star pun bisa dihitung berapa Rastaman yang hadir (termaksud saya),
sebagian besar crowd "sekuler" yang datang ke acara.
Jadi ada pertanyaan yang muncul lagi, apakah melegalisirkan Ganja harus diutamakan di Reggae ?
apa yang lebih bisa membebaskan rakyat?
Pendidikan atau Ganja ?
Maaf,tetapi dari seluruh pidato & tindakkan Yang Mulia Haile Selassie beliau tak pernah menyuarakan "Legalize It".

"Give us the teaching of His Majesty. We no want no Devil Philosophy."

Ras To Far Heights !!!

dari Kota Amsterdam

Ras Muhamad

Photobucket

an interview with the Ras

Monday, October 6, 2008

Mengibarkan Reggae Indonesia di Oslo

27 September, 2008

Mengibarkan Reggae Indonesia di Norwegia.

Blessed Love & Greetings from Oslo.

Sudah sebulan saya, Duta Reggae Indonesia menjejaki kota Oslo,Norwegia. Berbaur & mempererat rasa solidaritas dengan insane Reggae Norwegia. Merupakan sesuatu kebanggan bila bias membawa warna musik Indonesia ke panggung internasional, sekaligus menghapuskan prasangka & anggapan kita bahwa karya putra-putri bangsa tak layak & lebih rendah dari karya kumpulan mancanegara. Demikan D.R.I. maju melangkah ke Eropa untuk menanamkan bendera Reggae Indonesia di dalam hati insan musik barat, salah satu langkah itu adalah menunjukkan bagaimana kita berkarya & juga menampilkan musik dari pula Jamaika dengan cara yang benar kepada public mancanegara.

Ada tiga jadwal panggung yang D.R.I. getarkan di Oslo

Royal Salute 11 September,2008

Dutty Wine 26 September , 2008

Ladies First 3 Okotober , 2008

Masing-masing jadwal mengesankan karena mereka punya ciri khas sendiri, Royal Salute mengusung tema ”Culture” & pergerakkan, sedangkan ”Dutty Wine” dengan tema Dancehall Reggae murni & ”Ladies First” lebih terasa sebagai acara keluarga besar Reggae Oslo. Kemanapun D.R.I. melangkah di kota Oslo, pin/bros merah putih tak pernah lepas baik di atas maupun di luar panggung.

Pada malam ”Royal Salute” saya & Ras Steven mengenakan batik untuk menampillkan suasana kediplomatisan & pertemuan Indonesia & Kenya di Norwegia. Ras Steven/Kasimba berteriak kepada penonton ”Big Up ! Ras Muhamad & Family for the Batik... sekarang aku bisa merasakan karisma Bung Nelson Mandela saat beliau mengenakan batik, aku merasa seperti orang yang terhormat, mejadi duta yang lazim !”

Memang ke dua pria berbatik malam itu di Royal Salute bukan duta-duta yang lazim tetapi masing-masing membawa warna Reggae negaranya. Ada satu bagian dimana kami melakukan improviasasi dengan penonto, Ras Steven menyanyi dengan bahasa Norsge (Norwegia) & saya menggunakan bahasa Indonesia & Inggris. Iapun langsung berseru kepada penonton “Wah, ini tak adil !!! Aku orang Kenya & Ras sudah menyanyi dengan bahasa Inggris & bahasa Indonesia…Kayaknya gak afdol kalau saya nggak nyany dengan bahasa Ibu saya, ini pertama kali Oslo Massive…bahasa Swahili dengan Reggae ! “ Seluruh penonton bersorak saat ia benar-benar menggunakan bahasa itu, apalagi ada sebagian penonton berasal dari Afrika.

Photobucket


Duta Reggae Indonesia & Askari Kenya


Showcase “Royal Salute” berjalan selama 1 setengah jam & kami mempersembahkan kurang lebih 20 lagu. Lagu-lagu baru D.R.I. seperti ‘Crisis’ & ‘Rebel Music’, disambut dengan semua orang dengan hangat & tak henti bergoyang. Sampai tembang terakhir “Leaving Babylon/Musik Reggae Ini” penonton ikut menyalakan api karena menyalakan korek bukanlah sesuatu hal yang asing & aneh di Reggae, sebenarnya ‘menyalakan api’ itu adalah tanda menunjukkan hormat kepada sang Reggae Deejay atau Selektah. ‘Menyalakan api’ juga menandai bahwa suasana mulai panas & vibe-vibe ‘Babylon’ telah dihanguskan di tempat dengan musik Reggae.

Photobucket

dari kiri : D.R.I. Ras Muhamad, Admiral P, Askari Kenya Ras Steven di Baronen

Photobucket

di depan entrance Ra, malam "Dutty Wine"

Photobucket

Reggae Indonesia maju !!!

Maka itu banyak artis Reggae sering bersorak “Fiya Burn !/Api membakar/menyala” contohnya Capleton yang suka menyebut ”More Fire/Tambah apinya!!!”, filosofi yang sempat saya jelaskan di verse 2 lagu ‘Runaway’ saya . Junior Maestro, Selektah G (Glenie) & Maikel Zito yang disebut segai Groundation Movement secara bersamaan, mereka telah melakukan session-session Reggae di Oslo sejak akhir tahun 90-an. Merupakan kehormatan sangat besar ketika D.R.I. didukung oleh mereka karena sudah cukup lama mereka tak membuat acara dengan kehadiran para personil dengan lengkap.

Kesimpulannya malam itu insan musik Norwegia sangat menghargai kedatangan artis dari timur & puji syukur bahwa acara tersebut sukses, saya berharap penampilan perdana D.R.I. mengesankan di perasaan & hati. Saya sungguh tidak mengira bahwa saya akan tampil 2 kali lagi di depan masyarakat Oslo, “Dutty Wine” & “Ladies First”

dalam waktu 2 minggu sehabis acara “Royal Salute”. Kedua jadwal tersebut membawa tema yang berbeda dari “Royal Salute” karena malam itu hanya menunjukkan musik Dancehall. Menurut saya acara semacam ini sama sekali tidak ada di Indonesia di mana ada club Indonesia memberi jadwal khusus untuk malam Dancehall Reggae, semua yang dating berdandan stylish…biasa seperti acara-acara dugem.

Photobucket

ekshibisi Dancehall oleh "Tabanka Crew"

Photobucket

Admiral P, Salut !!!

Photobucket

the Massive !!!

Malam Dancehall intinya bukan mabuk-mabukkan atau mengkonsumsi barang yang tidak jelas tetapi intinya berdansa & bersoliasisasi. Ada sebagain yang adu ngedance & juga pamer gerakkan baru, menunjukkan bahwa Reggae punya gerakkan & cirri khas saat berdansa. Musik sensual sekaligus berkelas & bermakna, sampai saat ini saya yakin kalian belum tahu dansa Reggae sebelum melihat gadis berkulit gelap dari Jamaika & Afrika menggelai dalam irama Reggae.

Bayangkan gerakkan penari-penari latar Sean Paul, itulah Dancehall. Sangat sulit untuk diikuti & dipelajari, menurut saya “Dance” itu sama canggihnya dengan gerakkan street dance & break dance-nya Hip-Hop. Nama “Dutty Wine” pun adalah salah satu istilah goyangan “Dancehall” baru seperti “Signal the Plane”, “Row the Boat”, “Give dem a Run” & “Tunda Klap”. Artis Reggae yang paling tenar menggunakan istilah-istilah ini adalah Elephant Man.

Pada malam “Dutty Wine” juga menampilkan ekshibisi penari Dancehall di atas panggung, 15 menit & tim ini terdiri dari perempuan & laki-laki. Setelah pertunjukkan menari, artis Reggae Norwegia, Admiral P yang menjadi host “Dutty Wine” memanggil D.R.I. ke atas panggung, saatnya Asia Tenggara menunjukkan kemampuan Dancehall ke belahan dunia barat.

Photobucket

Admiral bersama D.R.I.

Photobucket

tetap batik walau di negeri asing

Photobucket

bussing up di dance !!!

Special guest for this evening, all the way from Indonesia.

Oslo, Please welcome Ras Muhamad !!!” soraknya Admiral P

D.R.I. membuka set malam itu dengan “Tuff Road”, walaupun malam itu bertema Dancehall saya ingin lebih menonjolkan warna Roots saya kepada masyarakat Norwegia, sebagai lagu penutup saya persembahkan “Hot like Fiya” & “Run Dat” 2 tembang Dancehall Reggae yang diciptakan asli di Indonesia.

Photobucket

Admiral P menyalakan api sekali lagi saat D.R.I. tampil di Baronen

Semua sukses memperkenalkan Reggae Indonesia di Norwegia, walaupun saya menciptakan karya-karya Dancehall Reggae bukan berarti saya seorang artis Hip-Hop; Dancehall asli & otentis, sub-genre yang berkembang di Jamaika sejak tahun 80-an. Bounty Killer, Ninjaman & Buju Banton mereka raja-raja Dancehall Reggae, mereka ini setenar Bob Marley karena mereka juga penggerak Reggae. Saat mereka sudah berkarir selama hamper 20 tahun, keadaan di Indonesia masih terpaku pada musik Bob Marley. Musik Reggae bukan hanya terperangkap pada cabikan gitar “encet-encet”.

Musik Reggae berkembang serentak setiap saat, apa yang terjadi di Norwegia terjadi di negara-negara Eropa lainnya bahkan di benua Afrika, budaya Reggae itu rata & sama. Buktinya saat saya tampil banyak insan yang hadir berasal dari Somalia,Etiopia,Kenya & pulau-pulau Karibia seperti Trinidad, itu menunjukkan kalau Reggae di tanah air mereka serupa seperti di Norwegia.

Photobucket

Ladies first Baronen !


Negeri kita punya potensi sangat tinggi untuk menggaungkan Reggae ke seluruh pelosok tanah air & kita mungkin bisa setara dengan Reggae Jepang. Dalam iklim pun musik Reggae sangat cocok dengan Indonesia, tantangan & isu-isu social tanah air serupa dengan negara-negara berkembang di Afrika & Karibia, Reggae itu musik yang sangat merakyat & membela yang tertindas. Lalu mengapa kita enggan menjabat saudara-saudari Reggae kita di mancanegara ? Atau kita hanya menantikan Bob Marley kembali dari akhirat??? Suatu hal yang mustahil, Bob Marley sudah membuka jalan agar artis-artis di Jamaika, Afrika, Asia & Eropa bisa terus berjuang & menggunakan Reggae untuk menumbangkan Babylon.

Berkembanglah Reggae Indonesia kita, itu sorakan yang selalu saya lemparkan untuk para musisi pergerakkan & peminatnya di tanah air.

Dari kota dingin Oslo,Norwegia

Jabat erat & bersama melangkah ke depan

Ras Muhamad

Duta Reggae Indonesia




Photobucket

Boss Deejay Ras Muhamad di depan mic !!!

Saturday, September 27, 2008

Barisan Soundsystem di Oslo

14 September, 2008


RasTafarI Greetings to ONE & all. Perfect Love & positivity, YES I !!!

Sudah nyaris sebulan saya tak mengup-date laporan delegasi saya di Eropa,karena saya disibukkan oleh promosi & networking untuk showcase kami 11 September lalu di "Villa".
Showcasenya sukses mewakili tanah air dalam getaran 'merah,emas,hijau' Roots & Culture. Tentang showcase-nya sabar dulu, sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemilik toko "Royal Fashion/Liquid Irie Pas" atas dukungan & solidaritasnya,tanpa Jacqueline & Ras Steven, saya tak akan sanggup menggaungkan bendera Reggae tanah air sebesar ini di Oslo.
so,Bless Up !

Ide showcase Ras Muhamad & Ras Steven muncul dari Jacqueline, ia bilang bahwa jarang ada showcase di Oslo, dimana Reggae diletakkan dalam konteks 'serius'. Yang biasanya terjadi adalah artis-artis Reggae luar yang mengadakan show case bertema 'serius', seperti penyanyi JAH Mason & Lutan Fyah yang sempat tampil bulan Maret di Norwegia. Demikian yang lebih berjalan di Norwegia adalah showcase Hip-Hop & Dancehall Reggae yang lebih berkonteks negatif yang saya & Ras Steven sebut sebagai 'slackness'. Lalu harus dirancang acara lokal 'berbobot', Jacqueline melihat peluang bagus saat D.R.I. singgah di Norwegia. Karena ia lihat saya & Ras Steven berjuang untuk sesuatu yang lebih besar,maka ia menamakan 'showcase' kami "Royal Salute".

"Flier & posternya harus ada foto kalian sedang hormat, the 2 soldiers standing side by side" ujar Jacqueline "Acaranya nanti di 'Villa' & ini pertama kali lho Reggae di 'Villa' biasanya mereka suka ngadain even musik 'electro' & 'trance'...paling banter Hip-Hop tapi sekarang mereka rada ragu dengan Hip-Hop akibat ribut & setiap acara pasti ribut di 'Villa' "

"Ya,berarti ini kesempatan bagus 'tuk bawa vibez/getaran Reggae yang sesungguhnya ke 'Villa' " ucap Ras Steven. Setelah kami mendengar kabar yang menyenangkan itu, kami segera mengerjakan promosi untuk kancah panggung Duta Reggae Indonesia bersama Kasimba di Oslo,
'Royal Salute' !!!

Photobucket

D.R.I. & Kasimba di Gronland sebelum ke percetakan COPY CO. untuk ngedesain flyer Royal Salute

Yang pertama kami harus lakukan adalah mencetak poster & flyer, foto hormat kita ambil dari album 'sleeve' D.R.I. & pose Ras Steven di Royal Fashion. Persiapan flyer & poster tidak memakan waktu lama, dalam satu hari ke dua materi tersebut telah didesain & dicetak berkat kompetensi cara kerja JJ,sahabat Dhita & Ras Steven. Orang pribumi Norwegia sungguh fokus & bekerja secara cepat, tiada kata malas bagi mereka; saatnya kerja ya laksanakan hingga tuntas, tak heran negara yang berpenduduk sekitar 4 juta ini begitu maju & mempunyai upah minim tinggi untuk tenaga kerja.

Saat poster & flyer sudah siap, kami meminta bantuan dari Masaii/JAH Works untuk menata materi promosi yang dibutuhkan malam itu di rumahnya; Apartemen JAH Works sangat kecil tetapi hangat, welcoming & positif. Selain menjadi veteran Selektah, JAH Works juga seorang pelukis & yang lebih menarik lagi beliau suka melukis dengan motif Batik Jawa. Salut to the man karena bukan hanya melestarikan seni Afrika tetapi sesama ikut melestarikan seni-budaya Indonesia juga, beliau menunjukkan karya-karyany kepada saya di web-sitenya

www.webspawner.com/users/toffa

banyak lukisan yang saya suka dari beliau seperti lukisan anak bersama ibunya & suasana pasar di Afrika.

Setelah semua poster & flyer telah siap saya & Ras Steven mulai gempur promosi ala gerilya. Memasang poster-poster dimana papan positng berada; menyebar luaskan kabar bahwa Duta Reggae Indonesia akan tampil di Oslo dengan Ras Steven.
Photobucket


Siap !!!

Photobucket

Akhir pekan tanggal 6 & 7 September cukup padat untuk D.R.I., ada 2 event Reggae atau session dalam 2 hari itu. Kesempatan besar untuk promosi & refreshing karena kasusnya sama dengan minuman Red Stripe, sudah 3 tahun lamanya saya tidak merasakan susana Soundsystem. Tngl. 6 September acara diadakan oleh RastafarI Sound & Irie Sound; Papa Anthony & Ras Zeus mereka salah satu personil RastafarI sound & sudah cukup lama mereka membentuk soundsystem di Oslo. Seperti yang pernah saya ungkapkan di lagu "Soundbwoy", Selektah & emcee berpadu & menghangatkan suasana dengan seleksi-seleksi lagu yang sebagian besar sedang naik daun pertengahan tahun ini.

Setengah seleksi dari RastafarI Sound D.R.I. pertama kali mendengarnya, tambah canggih aja Roots & Culture kita...tetapi yang menggoyangkan insan Reggae paling seru di session itu adalah lagunya Chezidek "Call Pon Dem". A truly big tune...melodi & kata-kata yang bagus.
"Call pon dem,poor people call pon dem. said di poverty t'ing it fi end...
Rastaman call pon dem,lightning fall pon dem...
proper education we ah defend..."
(Tegur mereka,rakyat miskin tegur mereka bahwa kemiskinan harus diberantas...
Rastaman tegur mereka, petir akan menyambar mereka, pendidikan layak kita bela...)

Bukan sebatas lagu-lagu seleksi dari para Selektah saja yang mengalir melalui speaker tetapi MC atau Reggae Deejay sibuk menarik penonton agar tak berhenti berdansa. Ras Steven pun tak tahan untuk berdiam saja, mic langsgung ia genggam & mulai nge-chat...Yes,More Fiya !!!
Acara jalan terus sampai fajar & dugaan D.R.I. salah bila acara Reggae di Oslo hanya sampai jam 3 pagi karena Ras Steven bilang bahwa baru bubar jam 6 pagi. Memang betul, saat kami pulang waktu sudah menuju pukul setengah 6 pagi tetapi hari minggu besoknya tanggal tujuh lanjut lagi acara Reggae yang akan diadakan oleh JAH Ark Manifest.

Saya mendapat kesimpulan bahwa di Norwegia & negeri tetangganya Swedia, Reggae itu hidup melalui 'Sound' atau 'Soundsystem' yang menyatukan komunitas seperti soundsystem lokal Fyah Vibez,Curfew Steppas,Love Militia,JAH Ark Manifest, Irie Sound,RastafarI Sound & Raspoeira Sound yang diasuh oleh Ras Mohi.

Masing-masing sound memiliki dubplate tertentu, JAH Ark mempunyai beberapa koleksi dubplate dari artis-artis Jamaika seperti Turbulence...

Photobucket

D.R.I. bersama Selektah Daniel Lion, selektah primer dari Ark Manifest Soundsystem.
foto ini diambil saat session Ark Manifest "Sunday School".
http://www.myspace.com/arkmanifest

salah satu dubplate Ras Mohi dibuat oleh Ashanti Roy-nya "The Congos" untuk Raspoeira Sound

Photobucket

Photobucketmemlambangkan "David Star"
bersama Ras Mohi dari Raspoeira Sound. Ras Mohi berasal dari Somalia & nama aslinya Mohammed... hehehe berarti di foto ini ada 2 Ras Muhamad.

hmmm... sepertinya di Norwegia D.R.I. akan sering menggunakan kata "waaah!" karena mengoleksi dubplate itu sangat hebat. Dubplate adalah bagian budaya Reggae di mana sang Selector/Selektah meminta salah satu artis untuk mempromosikan selektah & soundsystem tersebut alias 'bigging up sound'. Dubplate bisa berdurasi 1-3 menit & juga terdengar seperti 'rough mix' untuk mengambil jiwa spontan & nuansa 'vintage'.

Photobucket

Raspoeira sound di Cafe Sor,big up Sigrid ! kita butuh sistas di garis depan Reggae... Run it Selektah!
http://www.myspace.com/raspoeirasound

Photobucket

bersama Selektah Fyah Vibez di Cafe Sor.

http://www.myspace.com/fyahvibes


Photobucket

my brother, Ras Steven chanting down Babylon !!!

Biasanya dubplate itu lagu-lagu 'plesetan' yang dirubah syairnya oleh si artis untuk mempromosikan si selektah, contohnya bila lagu Tony Q "Woman" dijadikan dubplate mungkin syairnya menjadi "Fyah Vibez Sound, you make me feel so good !" dengan melodi lagu aslinya.
menarik ??? ya, soundsystem di Oslo bukan hanya memainkan lagu tetapi sibuk mengincar dubplate & haus lagu-lagu baru juga.

Tetapi dalam kematangan budaya Soundsystem di Oslo mereka ada kekurangannya juga, nyaris tidak ada band Reggae di ibu kota Norwegia !
"Kita butuh lebih banyak band lokal yang bisa buat musik Reggae" tutur Ras Steven & saya usul umpamanya band lokal yang sering membuat musik instrumental di Oslo, dorong mereka agar musiknya di ekspor ke luar negeri untuk dijadikan lahan kolaborasi dengan artis-artis.

Visi band Reggae D.R.I. & Ras Steven hampir sama, Ras Steven & Dhita mendirikan "Studio Live" & saya mendirikan "The Easy Skankin' Band". Tujuannya untuk menerapkan budaya 'backing-band' ke Reggae lokal. Bob Marley bukanlah Bob Marley tanpa the Wailers, tanpa mereka beliau hanya menjadi penyanyi dengan gitar kopong. Sizzla & Anthony B tak bisa mencapai status atraksi panggung terhebat tanpa dukungan 'FireHouse' & 'Star Trail' Band & putra sulung Bob Marley, Damian 'Jr.Gong' Marley tak bisa mengelingi dunia tanpa 'the Empire' & 'The Uprising' band. 'Backing-band' di Reggae adalah semacam kolektif di mana band itu menjadi tulang punggung untuk sang artis, dari merekalah fondasi musik akan berdiri. Intinya 'backing-band' itu sanggup mendukung siapa saja di alam jagad Reggae.

Mungkinkah band Reggae Indonesia kita bisa mengiringi Luciano atau mungkin si manusia api, Capleton?
Sebelum pertanyaan ini dijawab oleh Insan Reggae Indonesia, kita harus sadar bahwa Reggae memiliki budaya & bahasa yang juga merupakan bagian dari budaya & apakah mungkin
Soundsystem bisa berdiri & bergerak di tanah air agar kita sebagai insan Reggae Indonesia tidak ketinggalan informasi & membagi vibez-vibez yang baru?

Keinginan & dorongan untuk menambah referensi & meng-update seleksi lagu-lagu Reggae di Indonesia masih terasa kurang buat saya, Dancehall masih rancu & dianggap sebagai R & B sementara Roots hanya terbatas pada sosok Bob Marley saja tanpa mewujudkan nilai-nilai 'Culture' seperti sorakan 'ONE LOVE' di sini.

Saya berharapa dalam waktu ke depan ada soundsystem yang maju ke garis depan di tanah air dan saya akan hormat kepada sound itu karena hal itu merupakan aspek & budaya dari musik Reggae.
Dalam pandangan saya saat ini, fondasi harus dikokohkan mulai dari musisi & penggemar, para veteran seyogyanya membimbing generasi baru & menghargai artis pendatang baru. Mohon, dengarkan suara & keinginan kami karena kamipun mendengarkan kalian.

Royal Salut bagi semua yang ingin menegakkan pergerakkan ini.

Rapatkan barisan, RastafarI akan membimbing.

Bless

dari Oslo City

D.R.I.

Photobucket

Thursday, September 4, 2008

Sambutan buat Duta Reggae Indonesia

4 September , 2008

Loveful Heights to each & everyone. Semoga kalian sehat & cerah pada bulan suci Ramdhan ini karena everything is Irie in Norway & I feel blessed to be here.

2 September, 2008 akhirnya sehabis mengalami sedikit 'ga enak badan' akibat iklim yang terlampau dingin ketimbang cuaca negeri Indonesia, D.R.I. telah membuat beberapa janji dengan Ras Steven ( Groundation Movement) & Dhita (Barongsai Project).

Saya mulai hari Selasa itu dengan berjalan-jalan ke pusat kota Oslo yaitu Sentrum. Rencana & target pertama hari itu adalah silahturahmi ke toko 'Royal Fashion' yang mejual berbagai macam aksesoris Rasta & Reggae dari T-Shirt Bob Marley, Tam Rasta, Emblem & patch Haile Selassie - I hingga CD-CD artis Reggae mancanegara.

Saat memasuki toko 'Royal Fashion' yang letakna sedikit tersembunyi di jalan Storo, perasaan Nostalgia kembali ke hati mendengar & melihat "vibez" toko ini, membuat saya mengenang masa D.R.I. di Brooklyn,New York. Pemilik 'Royal Fashion' itu sedan berada di kasir & dia langsung menyambut saya dengan hangat, Jacqueline panggilian akrabnya lekas akrab dengan sambutan & percakapan yang mengalir begitu saja.

Ia adalah wanita berdarah Zambia, negeri Afrika. Suaminya seorang musisi Reggae asal Jamaika yang punya proyek musik namanya "Dubtronik", Jacquline telah tinggal di Oslo kurang lebih 20 tahun. Ia bercerita mengapa ia "berani" membuka toko seperti ini di Norwegia karena ia yakin bahwa komunitas Reggae & para Rastafarian cukup besar jumlahnya di Oslo, 'toh' sudah terbukti 3 tahun toko ini berjaya.

"Ini toko bukan milikku tetapi milik kita semua (pejuang Reggae), aku bisa cabut dari toko ini kapan saja & semua barang tak akan dicuri karena, Ya kalau anda mencuri disini berarti anda mencuri milik rumah keluarga anda sendiri & itu bukanlah prinsip & tindakkan seorang Rastaman" Jacqueling berkata & mengungkap "ada konsekuensi membuka toko ini karena timbul banyak orang yang memakai baju & warna 'merah,emas,hijau' walau tak faham makna sebenarnya apa. Aku menyebutnya 'Fashion Rasta' & 'Fashion Dreadlocks' maka itu aku juga menyediakan buku-buku di toko ini, bilamana ada orang yang tidak tahu. Aku akan bilang bilang ambil waktu sebentar untuk membaca buku ini mengenai pergerakkan RastafarI & Haile Selassie I agar anda tahu RastafarI berdiri di dunia ini untuk apa."

Photobucket
D.R.I. di Royal Fashion,dari kiri : Junior Maestro,
Ras Muhamad,Jacqueline & Ras Steven


Setelah 'obrolan asyik' & sedikit promosi oleh D.R.I. dengan memutarkan album "Reggae Ambassador" - Ras Muhamad di toko 'Royal Fashion'...ada telfon masuk ke ponsel Jacqueline, ternyata itu Ras Steven.
"Ras Muhamad sudah tibakah???"
"udah,ni aku lagi dengerin musiknya di tokoku" jawab Jacqueline.
"I'm on my way" ujar Ras Steven, tak lama kemudian Ras Steven datang...
sudah lama D.R.I. tak bertemu dengan RastafarIan sejenisnya, seorang bangsawan sekaligus serdadu, seorang pangeran sekaligus tentara...TENTARA KEDAMAIAN.
seorang putra Negus Haile Selassie, seorang yang memiliki gelar RAS !!!

"Yes, I !!! Greetings & welcome to Oslo...Selassie-I ! " Ras Steven menyapa hangat D.R.I.
"Lion Paw !" ujarnya.

Lion Paw adalah isyarat & gerak tubuh melambangkan persaudaraan dimana lengan kanan diulurkan ke atas & tangan membentuk tangan/cakaran singa & bahu saling saling menyentuh dengan yang menjabat selama tiga kali demikian itulah Lion Paw, Royal Greeting yang hanya Rastaman ketahui.
"Dis our Empress right here,Iya" Ras Steven menyebut Jacqueline sebagai ratu di pergerakkan Reggae & Rasta di Oslo...memang betul sepertinnya Queen Jacqueline mengasuh,membantu & mendukung pemuda-pemuda jalanan yang memiliki aspirasi untuk menjadi seorang signifikan dengan musik.

Photobucket


Setelah menghabiskan waktu lumayan lama di 'Royal Fashion', JAH Steven ingin mengajak D.R.I. untuk mengenal sedikit Kota Oslo. Ia menjelaskan bahwa daerah ini lebih banyak imigran dari Vietnam,Iran,Turki & Afrika, mata saya baru terbuka bahwa Oslo tak seindah,tak setentram & sebersih dengan kesan saya pada hari pertama. Kotor & terkena vandalisme sepertinya inilah hati perjuangan, sisi kota dengan penduduk yang terlantar & menjadi kelas B di negara yang sangat makmur.

Kami istirahat sebentar di dekat stasiun kereta bawah tanah, salah satu sosok muncul, pria berpostur tegap & tinggi, di masa uzur,etnisitas kulit hitam, mengenakan Jaket flannel & bros " Lion of Judah" terjepit di daerah dada kirinya. Dreadlock pendeknya sedikit muncul dalam tam hitamnya yang berstrip 'merah,emas,hijau'. "Ras Muhamad perkenalkan ini Masaii elder (senior) kita, dia seperti aku dari Kenya" kata Iya Steven. Mengetahui bahwa dia seorang sesepuh, D.R.I. menyapa hangat dengan "Big Respect!", ternyata Masaii sudah lama di komunitas di mana beliau mencetuskan pergerakkan soundsystem Reggae. Beliau memberi saya sebuah flyer "Iman playing here!" ternyata di flyer itu tercantum nama DJ Masaii yang akan nge-spin & menjadi pembuka show Inner Circle akhir bulan ini di kota Oslo.

ingat Inner Circle,saudaraku? grup yang menyayikan tembang "A-la-la-la-long" & sebelum mereka menjadi terlalu Pop dengan Reggaenya pernah dipimpin oleh sang legenda, "the Killer" sang pembunuh di depan mikrofon,almarhum Jacob Miller !

belum sebulan Don Carlos maen di Oslo, ada internasional artis Reggae mengisi acara disin lagi...
Damn! saya berfikir Reggae tiada habisnya walau di negara cuaca dingin.
Saat ini kami menuju ke studio & kafenya Dhita,sang gitaris dari Barongsai Project keturunan Tionghoa Malan. Dhita adalah pemilik studio yang membuka sebuah wadah untuk para musisi muda teraspirasi, ialah sahabat erat Ras Steven & mereka sudah berteman sesaat Iya Steven pindah ke Oslo dari Kenya. Dua corong dari sebuah "shotgun"pendek,merekalah motor-motor HipHop/Reggae di gerakkan bawah tanah Oslo.

Ras Steven dengan 'Groundation movement'-nya & Dhita dengan 'Barongsai Project'-nya. "Aku namain project-ku dengan berbau Indonesia karena aku ingin orang-orang di komunitas ini tahu bahwa yang mencetuskan proyek ini adalah seorang keturunan Indonesia" ujar Dhita.


Photobucket

dalam vokal booth studio Dhita,Ras Steven di depan

Yes,Respect...Salut untuk Bung Dhita walau ia lahir & besar di negeri asing ibundanya tetap menanamkan jiwa nasionalisme ke hati Dhita. Ia menjelaskan bahwa ibundanya mengajarkan & menegaskan bahwa dia orang Indonesia, pujian terbaik dari orang Norwegia kepada imigran & generasi ke dua penduduk asing adalah "mereka (penduduk asing) sudah tinggal seperti orang Norwegia" demikian dengan rasa menolak asimilasi apakah menjadi orang Indonesia, menjadi diri sendiri sebagai putra bangsa Indonesia di negeri asing itu dipandang lebih rendah & inferior ???
menurut ibunda Dhita tidak & saya setuju dengan gagasan ibundanya, be proud of your heritage & kenanglah para pejuang tanah air.
sosok Dhita sendiri cukup unik karena ia masih bisa bercakap Indonesia dengan intonasi Jawa "medok"-nya, itu terbukti bahwa warnya manusia merah-putih tak luntur dari dirinya.
Dhita juga mempunyai penyakit mata,nyaris buta & tidak bisa mengenali sahabatnya walau hanya sejarak 5 meter dia tetap tegar belajar. Katanya "Aku belajar dari audio books, buku-buku dalam format audio. Dengan modus ini aku ingin membantu anak-anak yang memiliki penyakit seperti aku. Rencananya aku ingin pindah & melakukan ini di Bali dengan terus berkarya di musik."
"Ya!" kata Ras Steven "kita jadikan Norwegia sebagai markas saja & kita bergerak secara global, kau di Indonesia & aku di Kenya, albumku bentar lagi selesai !"
wah,visi & tujuan hebat. berfikir secara global & menyatukan pergerakkan.

Saat D.R.I. asyik mengobrol dengan Dhita, Ras Steven & Masaii permisi untuk masuk ke studio lebih dahulu. Kami menyusul mereka sekitar 15 menit kemudian, ternyata mereka sedang mendengar album saya.
"Yes,I! ku menangkap 'vibez'-mu Ras". Waktu terasa sangat cepat saat di studio, kami membahas langkah ke depan, membangun sebagian studio & D.R.I. sempat memutarkan lagu-lagu baru.

Photobucket

sedang menikmati lagu-lagu baru D.R.I. dari paling depan lensa :
DJ Masaii,Ras Steven & Dhita

"Crisis" lagu pertama yang diputar membuat semua di tempat goyang & bersorak "BLO!" suara tembakan salut. Iya Steven sempat menekan tombol 'back' di laptopnya untuk memutar ulang lagu "Crisis" walau lagu itu baru berjalan selama 20 detik.

Iya Steven sepertinya mengerti tanpa saya jelaskan "Album pertamamu seperti perkenalan tapi lagu-lagu barumu lebih menunjukkan dirimu sebenarnya dengan apa yang kau ingin sampaikan."

wah...tepat sekali persepsinya, ada sesuatu yang memang jauh berbeda yang ingin saya ungkapkan kepadamu, Indonesia.

begitulah,sambutan buat Duta Reggae Indonesia di Norwegia dengan sedikit penjamuan bir Jamaika, Red Stripe yang sudah 3 tahun lamanya D.R.I. tak mencicipi.

Reggae,Rebellion,Red Stripes & Loveful vibez.

Give Thanks & Praises

Duta Reggae Indonesia
H.E. Ras Muhamad
Komposisioner Sosial

Photobucket

Red Stripe,Baby !!!

Monday, September 1, 2008

31 Agustus, 2008

Greetings & Love to One & all.

Salam hangat & perjuangan selalu.

akhirnya setelah sekian lama duduk, membaca, tidur & berfikir selama berjam-jam...
Duta Reggae Indonesia (D.R.I.) tiba juga di negara Eropa Utara yaitu Oslo,Norwegia.
Perjalanan di pesawat lumayan melelahkan,sekitar 22 jam...melewati transit di negeri tetangga (Malaysia) di mana D.R.I. disuruh membuka sorbannya saat inspeksi imigrasi & melintasi segenap wilayah bekas tuan kolonialis kita (Belanda).

Tetapi dari semua perjalanan ini ada tujuannya, dimana musik Indonesia khususnya Reggae tanah air akan merintis di kancah panggung global.
Destinasi pertama D.R.I. adalah Norwegia, dimana ada beberapa teman-teman yang akan mendukung & membantu pergerakkan ini.
Ada Fyah Vibez,lokal DJ atau 'Selektah' yang sering membikin acara Reggae disini.
ada juga Ras Nas penyanyi Reggae berasal dari Afrika yang kerap mengisi panggung-panggung di Norwegia.
dan juga 'Studio Live' band Reggae Norwegia yang dipimpin oleh Ras Steven ( Groundation Movement) & Dhita, vokal sekaligus gitaris keturunan Malang.

Mulai dari awal bulan September D.R.I. akan bertemu dengan mereka, membahas bagaimana kami bisa menggerakkan panggung-panggung Regggae secara gerilya.

alright,Reggae Massive... Hari pertama D.R.I. cukup menyenangkan. Kota Oslo sangat bersih & tertib,pengemudi mobil-mobil sangat memedulikan para pejalan kaki & sebaliknya...hehehe.
sebagian besar penduduk di sini adalah bangsa Nordik yang berciri khas rambut pirang (nyaris kuning) & bermata biru, tetapi selain itu banyak juga imigran dari Asia, Afrika & Timur Tengah.

tetapi yang harus kita tahu adalah Kota Osl salah 1 kota termahal di dunia, ia masuk peringkat kedua sehabis London,Inggris di dalam standar tinggi biaya hidup.
Mata uang disini memakai kroner, 5 kroner sama dengan 10.000 rupiah.
mengapa saya anggap kota Oslo amat mahal ? karena minuman biasa saja bisa berharga sekecil 30-50 kroner & itu belum termasuk makanan atau cemilan...wah,sesuatu kemewahan untuk minum teh di pinggir jalan, seharga 100,000 rupiah !!!
contohnya pada saat saya terpaksa memakai WC umum, itu seharga 10 kroner... 20,000 rupiah!
di tanah air itu sudah cukup untuk 2 porsi makan siang atau makan malam.
lebih ekonomis jika saya bawa bekal dari tempat istirahat, benar ?
hmmm...tetapi dari segala kemahalan ini ada sisi baiknya, para buruh yang berpenduduk asli hidupnya dijamin oleh negara. Sabtu-Minggu adalah hari libur untuk kelas pekerja, shopping center\mall tutup pada hari minggu & sabtu waktu berkerja hanya setengah hari.

upah cukup besar & semua itu terhitung dengan "human service charge" seperti membeli tiket bis dari loket lebih murah dibanding membeli tiket bis secara langsung dari supir bis. Demikian si penumpang akan kena tarif atas penggunaan tenaga supir bis, saya suka dengan modus negara Norwegia mempertanggung jawabkan buruh penduduk aslinya, bisa dilihat salah satu monumen dari foto-foto yang saya ambil.

now back to ROOTS... hari pertama yang dipenuhi oleh jalan kaki selama kurang lebih 4 jam, di pusat kotanya yang disebut "Sentrum".
ada beberapa foto flyer yang ditempel di tembok-tembok mengenai acara musik...
WAAAAH !!! ternyata ada 2 acara yang penting yang telah lewat, Luciano & Bushman main tngl. 19 Juli lalu & veteran Reggae Don Carlost menggetarkan Oslo pada tngl. 29 Agustus, 2 hari telat maaf D.R.I. tak sempat melihatnya tetapi no worries...
negara sekecil Norwegia saja yang berpenduduk 5-6 juta manusiapun sanggup menyelenggarakan 2 event dengan 3 Reggae artis internasional di dalam waktu 2 bulan,
bagaimana dengan negara yang berpenduduk lebih banyak seperti Jerman & Perancis ?
Ha-yo...Indonesia jangan mau kalah dengan tanah bercuaca dingin.
Reggae cocok sekali dengan negeri tropis

yang menarik lagi sewaktu D.R.I. membeli tiket mingguan untuk bis umum, karyawannya sedang mendengarkan Reggae....Yes,I! Richie Spice sedang mengumandang di speaker.
seperti biasa walaupun D.R.I. tidak memaka aksesoris "merah,emas,hijau" hanya bros merah-putih pada dada kiri, sang karyawan menunjukkan solidaritasnya kepada saya.
dia mengucap "Blessed Love", saya menjawab "Respect"
tiada kubu-kubuan,slek-slekan & "lu anak mana?"
Reggae & Rasta sesungguhnya menunjukkan apa artinya persaudaraan.
sampai entry berikutnya saudara... Mohon maaf lahir\batin di Ramadhan ini.

One Love

Duta Reggae Indonesia
Ras Muhamad
Komposisioner Sosial



Photobucket
welcome to Norway

Photobucket

the streets of Oslo City



Photobucket

museum penghargaan nobel kedamaian (dingin banget euy)

Photobucket
a close up

Photobucket

flyer Don Carlos & the Dub Vision Band

Photobucket


les proletar


Photobucket

2 Reggae Superstars