Sunday, October 26, 2008

Pemanasan di Belanda

Greetings from Amsterdam.

Duta Reggae makes the next move to the Netherlands !!!
sudah lebih dari 5 minggu D.R.I. berjuang di kota Oslo, Norwegia demi Reggae Indonesia & berikutnya kita melangkah ke negeri berjuta sepeda & negeri di mana daun kanabis dilegalisir.

But wait ! tujuan D.R.I. bukan untuk pesta-pora ala para hedonis saat mengunjungi kota 'bebas', perjalanan ini bisa disebut sebagai delegasi bagaimana dampak sosial musik Reggae & perkembangannya di berbagai belahan dunia barat & sekitarnya.

D.R.I. ingin mengucapkan seribu terima kasih kepada sahabat saya Adi Punang atas bantuannya untuk menorobos panggung internasional & menyediakan tempat bermalam untuk D.R.I., Adi juga bertanggung jawab dengan sebagian dokumentasi foto delegasi saya selama di Amsterdam.

Photobucket

guerilla life,Duta Reggae Indonesia telah tiba di Belanda

Photobucket

togetherness !!!

Photobucket

Amsterdam here I am

Hampir setiap hari di Amsterdam Adi menemani D.R.I., ia teman lama saya sejak kecil & Adi menyaksikan perkembangan saya sebagai musisi,seniman & visioner. Di Amsterdam jadwal kami sangat padat karena Adi & perusahaannya "Green Paper Boys" telah merancang 1 acara yaitu "Royal Vibez" di Club Stereo, Jum'at 17 Oktober & acara itu adalah "showcase" Ras Muhamad yang pertama & perdana di Belanda !
Seperti yang kami jalani saat gempur promosi "Royal Salute" di Oslo, D.R.I. & "Green Paper Boys" melakukan dengan cara yang sama...GUERILLA STYLE-E !!!

Photobucket

Coolin wit my man P aka Adi in Amsterdam City

Photobucket

Dam Square

Photobucket

Harinya cerah banget euy...

Photobucket

another picture of Amsterdam City


Photobucket

flier Royal Vibez saat kita promosi

Photobucket

ini bagian Reggae di toko musik "Fame", pusing gw banyak banget yang pengen didenger !!!

First & Foremost...Komunitas Reggae Belanda harus diberitahu bahwa Duta Reggae Indonesia telah tiba dari bekas negeri jajahan mereka & just like a Lion...
I come, I see & I conquer. Esok harinya setelah tiba di Belanda, saya & Adi menuju ke salah satu "Kulcha Shop" di Haarlem, daerah di mana kami tinggal. Reggae Shop atau Kulcha Shop di Haarlem yang bernama "ONE LOVE" ini milik seorang Etiopia & saat saya masuk ke tokonya banyak barang-barang antik yang berasal dari kerajaan Yang Mulia Haile Selassie. Melihat barang-barang itu saya teringat Ras Steven karena semua barang antik itu asli dari kerajaan Sulaimannya Selassie, seperti cincin,bros & kalung yang berstempel Singa Suku Yehuda (Lion of Judah) melambangkan keteguhan & identitas bangsawan.

Photobucket

David Star di depan Kulcha shop ONE LOVE

ROYAL !!! 1 bros & 1 kalung sebagai oleh-oleh untuk Ras Steven, brosnya serdadu/penjaga istana Selassie, cocok untuk beliau karena ia menganggap dirinya sebagai Askari/Tentara Afrika. Tetapi sepertinya toko "One Love" sudah jarang ada dikunjungi & tidak ada pelanggan, lampu di dalam toko sangat redam & aksesorisnya berantakan. Saat saya menemukan bros kayu yang sering dipakai di dada kiri Rastaman, itu pun satu-satunya. Pemiliknya berka bahwa stok-stok baru sudah tak datang lagi, jadi apa yang anda lihat itulah yang tersedia.

Aneh, kenapa negeri yang sangat 'booming' dengan Reggaenya sanggup membuat pemilik toko 'Kulcha' ini kewalahan bayar sewanya sehingga toko ini 'sekarat'? D.R.I. menemukan kesimpulannya saat meninggalkan Belanda.

Berikutnya setelah kota Haarlem, kami menuju ke Amsterdam untuk melihat-lihat target promosi. Amsterdam kotanya sangat padat & dibanjiri oleh wisatawan, sebagian besar wisatawan adalah mahasiswa & mereka utamanya tertarik terhadap 2 hal : prostitusi & obat keras di mana di Amsterdam bebas & diatur oleh negar tetapi Rastaman tak ikut arus & getaran seperti itu, kami tetap melaksanakan kerja & tugas tanpa meninggalkan kewajiban kami.

Photobucket

dengan Sista Sarah,salah satu pemilik Restoran Etiopia "Axum",sebagian aksesoris Rasta yang antik tersedia di sini.

Photobucket

contohnya cangkir ini dengan gambar Lion Of Judah

Amsterdam memang kota hiburan dari Coffee Shop, Red Light District & tempat-tempat musik yang tak terhitung jumlahnya. Tetapi ada satu lagi pertanyaan yang muncul di benak D.R.I., di mana shop-shop Reggae ? Tak ditemukan sama sekali hanya Coffee Shop-Cofee Shop yang mengeksploitasi sosok Bob Marley & aspek budaya Reggae saja.

Setelah seharian melihat target promosi kita & mencari toko Reggae, kami sempat beli tiket show Easy Star All-Star Band di Melkweg pertunjukkan 15 Oktober,akhirnya bisa menyaksikan langsung band yang berasal dari Amerika Serikat memainkan versi dub "Radiohead" & "PinkFloyd"-nya.


Photobucket

the Radiodread !!! Easy Star Baby !!!

Photobucket

Easy Star in action

Saat di Belanda, D.R.I. disibukkan oleh promosi 'Royal Vibez' & membangkitkan kembali gairah yang lama sudah tak bisa dilakukan yaitu "Music Hunting","Crate Digging" !
Banyak orang suka & gila belanja baju,perkhiasan & berbagai macam hal yang mewah, saya lebih mencari album dengan harga diskon atau album bekas. Banyak sekali pilihannyadi Belanda yang seharga 5 Euro (sama dengan harga eceran CD Lokal), sekitar 20-30 album saya borong di Belanda. Di Indonesia, saya tidak bisa melakukan itu karena pilihan & distribusi musik Reggae di tanah air sangat miskin.

Saat Hari-H 'Royal Vibez', D.R.I. "Green Paper Boys" & "Young Elite" tak ragu-ragu untuk mengibarkan bendera merah-putih di depan venue,agar negeri Belanda tahu "The Indonesians are here!"
Acara sukses,full house & sangat meriahkan. Banyak orang Indonesia yang hadir & link-link MySpacenya D.R.I. di Belanda, ada sebagian juga dari konser Easy Star.

Photobucket

saat ceksound di Club Stereo

Photobucket

bersama DJ S-Dub (Xander), Checking the levels !!!

Photobucket

nasionalisme tidak bisa jadi sorakan belaka!

Photobucket

showtime !

Tetapi session Reggae masih juga belum ditemukan di Amsterdam, semua yang diposting di IrieLion.com, event-eventnya terletak di luar kota semua.
Akhirnya,sebelum saya 'cabut' dari Belanda ada session Reggae, diselenggarakan oleh Shashamane Sound 22 Oktober di BitterZoet. Tetapi seperti biasa,kendaraan umum Eropa sangat menjengkelkan karena saat hari kerja semua tranportasi yang digunakan publik menjadi non-aktif setelah jam 1 pagi jadi kami terpaksa harus balik atau D.R.I. akan terlantar selama 5 jam di dalam cuaca dinginnya winter.

Sebelum balik D.R.I. bertemu dengan Ras Robert di session Shashamane,dia menyapa saya duluan ternyata dia mengenali musik saya & dia bilang bahwa ibunya berasal dari Semarang. "Ibuku juga dari Semarang,dunia kecil ya ?" ujar saya, Ras Robert menjelaskan dengan singkat memang Amsterdam 'Kulcha'-nya kurang. Semua pejuang Reggae tinggal di luar Amsterdam & menghindari turis-turis yang hanya ingin 'ngebaks' saja & dengerin Reggae tanpa mendalaminya.

Ya, itulah jawaban & kesimpulan yang saya temukan bahwa di Amsterdam,kota Belanda yang sering dikunjungi oleh artis Reggae internasional ternyata tak memiliki fondasi.
Amsterdam tak ada Duta Reggae & sepertinya masing-masing bergerak sendiri, yang menurut saya itu bertolak belakang dengan esensi Reggae yang menyuarakan solidaritas & kebersamaan,
"Sama rasa,sama rata". Mungkin lebih banyak Duta Reggae Belanda di luar Amsterdam seperti Den Haag atau Groningen tetapi sulit dijangkau hanya dengan waktu kurang lebih 2 minggu.

Mungkin juga terpengaruh dengan diperbolehkannya menghisap Ganja di Amsterdam, kesalah kaprahan orang dengan esensi Reggae bisa difahami lewat konsumsi kanabis.
Saat konser Easy Star All-Star pun bisa dihitung berapa Rastaman yang hadir (termaksud saya),
sebagian besar crowd "sekuler" yang datang ke acara.
Jadi ada pertanyaan yang muncul lagi, apakah melegalisirkan Ganja harus diutamakan di Reggae ?
apa yang lebih bisa membebaskan rakyat?
Pendidikan atau Ganja ?
Maaf,tetapi dari seluruh pidato & tindakkan Yang Mulia Haile Selassie beliau tak pernah menyuarakan "Legalize It".

"Give us the teaching of His Majesty. We no want no Devil Philosophy."

Ras To Far Heights !!!

dari Kota Amsterdam

Ras Muhamad

Photobucket

an interview with the Ras

Monday, October 6, 2008

Mengibarkan Reggae Indonesia di Oslo

27 September, 2008

Mengibarkan Reggae Indonesia di Norwegia.

Blessed Love & Greetings from Oslo.

Sudah sebulan saya, Duta Reggae Indonesia menjejaki kota Oslo,Norwegia. Berbaur & mempererat rasa solidaritas dengan insane Reggae Norwegia. Merupakan sesuatu kebanggan bila bias membawa warna musik Indonesia ke panggung internasional, sekaligus menghapuskan prasangka & anggapan kita bahwa karya putra-putri bangsa tak layak & lebih rendah dari karya kumpulan mancanegara. Demikan D.R.I. maju melangkah ke Eropa untuk menanamkan bendera Reggae Indonesia di dalam hati insan musik barat, salah satu langkah itu adalah menunjukkan bagaimana kita berkarya & juga menampilkan musik dari pula Jamaika dengan cara yang benar kepada public mancanegara.

Ada tiga jadwal panggung yang D.R.I. getarkan di Oslo

Royal Salute 11 September,2008

Dutty Wine 26 September , 2008

Ladies First 3 Okotober , 2008

Masing-masing jadwal mengesankan karena mereka punya ciri khas sendiri, Royal Salute mengusung tema ”Culture” & pergerakkan, sedangkan ”Dutty Wine” dengan tema Dancehall Reggae murni & ”Ladies First” lebih terasa sebagai acara keluarga besar Reggae Oslo. Kemanapun D.R.I. melangkah di kota Oslo, pin/bros merah putih tak pernah lepas baik di atas maupun di luar panggung.

Pada malam ”Royal Salute” saya & Ras Steven mengenakan batik untuk menampillkan suasana kediplomatisan & pertemuan Indonesia & Kenya di Norwegia. Ras Steven/Kasimba berteriak kepada penonton ”Big Up ! Ras Muhamad & Family for the Batik... sekarang aku bisa merasakan karisma Bung Nelson Mandela saat beliau mengenakan batik, aku merasa seperti orang yang terhormat, mejadi duta yang lazim !”

Memang ke dua pria berbatik malam itu di Royal Salute bukan duta-duta yang lazim tetapi masing-masing membawa warna Reggae negaranya. Ada satu bagian dimana kami melakukan improviasasi dengan penonto, Ras Steven menyanyi dengan bahasa Norsge (Norwegia) & saya menggunakan bahasa Indonesia & Inggris. Iapun langsung berseru kepada penonton “Wah, ini tak adil !!! Aku orang Kenya & Ras sudah menyanyi dengan bahasa Inggris & bahasa Indonesia…Kayaknya gak afdol kalau saya nggak nyany dengan bahasa Ibu saya, ini pertama kali Oslo Massive…bahasa Swahili dengan Reggae ! “ Seluruh penonton bersorak saat ia benar-benar menggunakan bahasa itu, apalagi ada sebagian penonton berasal dari Afrika.

Photobucket


Duta Reggae Indonesia & Askari Kenya


Showcase “Royal Salute” berjalan selama 1 setengah jam & kami mempersembahkan kurang lebih 20 lagu. Lagu-lagu baru D.R.I. seperti ‘Crisis’ & ‘Rebel Music’, disambut dengan semua orang dengan hangat & tak henti bergoyang. Sampai tembang terakhir “Leaving Babylon/Musik Reggae Ini” penonton ikut menyalakan api karena menyalakan korek bukanlah sesuatu hal yang asing & aneh di Reggae, sebenarnya ‘menyalakan api’ itu adalah tanda menunjukkan hormat kepada sang Reggae Deejay atau Selektah. ‘Menyalakan api’ juga menandai bahwa suasana mulai panas & vibe-vibe ‘Babylon’ telah dihanguskan di tempat dengan musik Reggae.

Photobucket

dari kiri : D.R.I. Ras Muhamad, Admiral P, Askari Kenya Ras Steven di Baronen

Photobucket

di depan entrance Ra, malam "Dutty Wine"

Photobucket

Reggae Indonesia maju !!!

Maka itu banyak artis Reggae sering bersorak “Fiya Burn !/Api membakar/menyala” contohnya Capleton yang suka menyebut ”More Fire/Tambah apinya!!!”, filosofi yang sempat saya jelaskan di verse 2 lagu ‘Runaway’ saya . Junior Maestro, Selektah G (Glenie) & Maikel Zito yang disebut segai Groundation Movement secara bersamaan, mereka telah melakukan session-session Reggae di Oslo sejak akhir tahun 90-an. Merupakan kehormatan sangat besar ketika D.R.I. didukung oleh mereka karena sudah cukup lama mereka tak membuat acara dengan kehadiran para personil dengan lengkap.

Kesimpulannya malam itu insan musik Norwegia sangat menghargai kedatangan artis dari timur & puji syukur bahwa acara tersebut sukses, saya berharap penampilan perdana D.R.I. mengesankan di perasaan & hati. Saya sungguh tidak mengira bahwa saya akan tampil 2 kali lagi di depan masyarakat Oslo, “Dutty Wine” & “Ladies First”

dalam waktu 2 minggu sehabis acara “Royal Salute”. Kedua jadwal tersebut membawa tema yang berbeda dari “Royal Salute” karena malam itu hanya menunjukkan musik Dancehall. Menurut saya acara semacam ini sama sekali tidak ada di Indonesia di mana ada club Indonesia memberi jadwal khusus untuk malam Dancehall Reggae, semua yang dating berdandan stylish…biasa seperti acara-acara dugem.

Photobucket

ekshibisi Dancehall oleh "Tabanka Crew"

Photobucket

Admiral P, Salut !!!

Photobucket

the Massive !!!

Malam Dancehall intinya bukan mabuk-mabukkan atau mengkonsumsi barang yang tidak jelas tetapi intinya berdansa & bersoliasisasi. Ada sebagain yang adu ngedance & juga pamer gerakkan baru, menunjukkan bahwa Reggae punya gerakkan & cirri khas saat berdansa. Musik sensual sekaligus berkelas & bermakna, sampai saat ini saya yakin kalian belum tahu dansa Reggae sebelum melihat gadis berkulit gelap dari Jamaika & Afrika menggelai dalam irama Reggae.

Bayangkan gerakkan penari-penari latar Sean Paul, itulah Dancehall. Sangat sulit untuk diikuti & dipelajari, menurut saya “Dance” itu sama canggihnya dengan gerakkan street dance & break dance-nya Hip-Hop. Nama “Dutty Wine” pun adalah salah satu istilah goyangan “Dancehall” baru seperti “Signal the Plane”, “Row the Boat”, “Give dem a Run” & “Tunda Klap”. Artis Reggae yang paling tenar menggunakan istilah-istilah ini adalah Elephant Man.

Pada malam “Dutty Wine” juga menampilkan ekshibisi penari Dancehall di atas panggung, 15 menit & tim ini terdiri dari perempuan & laki-laki. Setelah pertunjukkan menari, artis Reggae Norwegia, Admiral P yang menjadi host “Dutty Wine” memanggil D.R.I. ke atas panggung, saatnya Asia Tenggara menunjukkan kemampuan Dancehall ke belahan dunia barat.

Photobucket

Admiral bersama D.R.I.

Photobucket

tetap batik walau di negeri asing

Photobucket

bussing up di dance !!!

Special guest for this evening, all the way from Indonesia.

Oslo, Please welcome Ras Muhamad !!!” soraknya Admiral P

D.R.I. membuka set malam itu dengan “Tuff Road”, walaupun malam itu bertema Dancehall saya ingin lebih menonjolkan warna Roots saya kepada masyarakat Norwegia, sebagai lagu penutup saya persembahkan “Hot like Fiya” & “Run Dat” 2 tembang Dancehall Reggae yang diciptakan asli di Indonesia.

Photobucket

Admiral P menyalakan api sekali lagi saat D.R.I. tampil di Baronen

Semua sukses memperkenalkan Reggae Indonesia di Norwegia, walaupun saya menciptakan karya-karya Dancehall Reggae bukan berarti saya seorang artis Hip-Hop; Dancehall asli & otentis, sub-genre yang berkembang di Jamaika sejak tahun 80-an. Bounty Killer, Ninjaman & Buju Banton mereka raja-raja Dancehall Reggae, mereka ini setenar Bob Marley karena mereka juga penggerak Reggae. Saat mereka sudah berkarir selama hamper 20 tahun, keadaan di Indonesia masih terpaku pada musik Bob Marley. Musik Reggae bukan hanya terperangkap pada cabikan gitar “encet-encet”.

Musik Reggae berkembang serentak setiap saat, apa yang terjadi di Norwegia terjadi di negara-negara Eropa lainnya bahkan di benua Afrika, budaya Reggae itu rata & sama. Buktinya saat saya tampil banyak insan yang hadir berasal dari Somalia,Etiopia,Kenya & pulau-pulau Karibia seperti Trinidad, itu menunjukkan kalau Reggae di tanah air mereka serupa seperti di Norwegia.

Photobucket

Ladies first Baronen !


Negeri kita punya potensi sangat tinggi untuk menggaungkan Reggae ke seluruh pelosok tanah air & kita mungkin bisa setara dengan Reggae Jepang. Dalam iklim pun musik Reggae sangat cocok dengan Indonesia, tantangan & isu-isu social tanah air serupa dengan negara-negara berkembang di Afrika & Karibia, Reggae itu musik yang sangat merakyat & membela yang tertindas. Lalu mengapa kita enggan menjabat saudara-saudari Reggae kita di mancanegara ? Atau kita hanya menantikan Bob Marley kembali dari akhirat??? Suatu hal yang mustahil, Bob Marley sudah membuka jalan agar artis-artis di Jamaika, Afrika, Asia & Eropa bisa terus berjuang & menggunakan Reggae untuk menumbangkan Babylon.

Berkembanglah Reggae Indonesia kita, itu sorakan yang selalu saya lemparkan untuk para musisi pergerakkan & peminatnya di tanah air.

Dari kota dingin Oslo,Norwegia

Jabat erat & bersama melangkah ke depan

Ras Muhamad

Duta Reggae Indonesia




Photobucket

Boss Deejay Ras Muhamad di depan mic !!!